ALL ABOUT ME

Publich Health and Health Promotion

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA MAHASISWA PONDOKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN DI KELURAHAN TAMALANREA INDAH MAKASSAR


FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS
PADA MAHASISWA PONDOKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
DI KELURAHAN TAMALANREA INDAH MAKASSAR




Penulis

Zahratul Hayati 1
                                                             A.Watief Rachman 1
Muh. Arsyad Rahman 1





1 Jurusan PKIP FKM Unhas, Makassar





Alamat Koresponden

ZAHRATUL HAYATI
(Jl. Perintis Kemerdekaan VII)







BAGIAN PROMOSI KESEHATAN DAN ILMU PERILAKU
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN







FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA MAHASISWA PONDOKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
DI KELURAHAN TAMALANREA INDAH MAKASSAR TAHUN 2011

Factors Associated With Free Sex Behavior In University Students Hasanuddin At Tamalanrea Indah Makassar Year 2011
SUMMARY
Background : The imbalance between the foundation of moral ethics, idealism, self-esteem, and needs of yourself physically and psychologically in an environment that more closely like a family, college friends, other close friends who are vulnerable to impact health orientation and health risk behaviors
Objectives : The purpose of this study was to determine factors associated with sex behavior in the student hostel at the Hasanuddin University in  Tamalanrea  Indah Makassar 2011.
Methods : The research method was cross sectional study. Population is all Unhas student residing in the shelter area Tamalanrea Indah Makassar as much as 6311 people. Sampling was done by purposive sampling, while the number of samples was determined by using the formula Lamesshow is 307 people. Data processing was performed using SPSS 16 while data analysis was done using univariate and bivariate.
Result : The results of this study indicate that variables associated with sex behavior in the student hostels Unhas with p value <0.05 was pornographic media (p value = 0.000), and peer group (p value = 0.022), whereas variables that are not related is the owner supervision, whereas unrelated variables are monitoring the owners cottage (p value = 0.385) and family support (p value = 0.426).
Suggestion : Provide of education about the dangers of pornography, the cultivation of moral and religious values as early as possible by using a family approach, civilize ourselves using the Internet healthy, selective in choosing peer group and increased monitoring in particular hostel that is not supervised by the owner of the hostel by Tamalanrea Indah. For further research, should conduct research on sex behavior in a student hostel with different variables that can be known to other factors associated with sex behavior in a student hostel.
Keywords : Sex Behavior, Media, Pornography, Peer Group, Owner Supervision Quarters,
       Family Support

RINGKASAN

Latar Belakang : Ketidakseimbangan antara landasan etik moral, idealism, harga diri, dan kebutuhan diri secara fisik dan psikis dengan lingkungan yang lebih dekat seperti keluarga, teman kuliah, teman-teman dekat lainnya membawa dampak yang rentan terhadap orientasi kesehatan dan perilaku berisiko terhadap kesehatan.
Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan perilaku seks bebas pada mahasiswa pondokan Unhas di Kelurahan Tamalanrea Indah Makassar 2011.
Metode: Metode penelitian adalah cross sectional study. Populasi adalah semua mahasiswa Unhas yang bertempat tinggal di pondokan wilayah Kelurahan Tamalanrea Indah Indah Makassar sebanyak 6.311 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling, sedangkan jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Lamesshow yaitu 307 orang. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16 sedangkan analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat.
Hasil : Hasil penelitian ini menunjukkan variabel yang berhubungan dengan perilaku seks bebas pada mahasiswa pondokan Unhas dengan nilai p<0,05 adalah media pornografi (p value= 0,000), dan teman sepergaulan (p value = 0,022), sedangkan variabel yang tidak berhubungan adalah pengawasan pemilik pondokan (p value = 0,385) dan dukungan keluarga (p value = 0,426).
Saran : Sebaiknya penyuluhan tentang bahaya pornografi, penanaman nilai moral dan agama sedini mungkin dengan menggunakan pendekatan keluarga, membudayakan diri menggunakan internet sehat, selektif memilih teman sepergaulan serta peningkatan pemantauan khususnya pondokan yang tidak diawasi oleh pemilik pondokan oleh Lurah Tamalanrea Indah. Bagi peneliti selanjutnya, sebaiknya melakukan penelitian mengenai perilaku seks bebas pada mahasiswa pondokan dengan variabel berbeda sehingga dapat diketahui faktor lain yang berhubungan dengan perilaku seks bebas pada mahasiswa pondokan.
Kata Kunci : Perilaku Seks Bebas, Media Pornografi, Teman Sepergaulan,     Pengawasan Pemilik Pondokan, Dukungan Keluarga
A.      Pendahuluan
Perilaku kesehatan seseorang sangat dipengaruhi oleh dimana individu tersebut berada. Hubungan antara perilaku dan lingkungan ini dijabarkan oleh H. L. Blum dengan garis hubung yang saling mempengaruhi. Dikemukakan lanjut oleh H. L. Blum bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan adalah perilaku dan lingkungan disamping faktor genetik dan pelayanan kesehatan.
Begitu pula dengan perilaku seksual seseorang yang memungkinkan dipengaruhi oleh lingkungan sosial dimana seseorang itu berada. Kita ketahui, perilaku seksual ini berisiko menyebabkan penyebarluasan penyakit HIV/AIDS dan penyakit IMS lainnya. Dengan kondisi lingkungan sosial yang tidak sehat maka akan semakin memperbesar dampak dari perilaku seksual ini. Sehat tidaknya lingkungan sosial ini tergantung dari faktor lingkungan keluarga, teman sepergaulan, lingkungan pendidikan formal, dan media massa.
Ketidakseimbangan antara landasan etik moral, idealism, harga diri, dan kebutuhan diri secara fisik dan psikis dengan lingkungan yang lebih dekat seperti keluarga, teman kuliah, teman-teman dekat lainnya membawa dampak yang rentan terhadap orientasi kesehatan dan perilaku beresikoterhadap kesehatan. 1
Perilaku seksual dan perkembangan seksual sangat bervariasi dan sangat multiphase. Perilaku adalah akhir dari produk sistem interaksi yang selalu berubah setiap saat, yang menurut Sadarjoen bersifat biopsikososial. Perkembangan seksual sangat tergantung pada faktor konstitusional, pengaruh lingkungan, dan kejadian aksidental juga termasuk pengalaman-pengalaman traumatik 2
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa banyak remaja pada usia dini sudah terjebak dalam perilaku reproduksi tidak sehat, diantaranya adalah perilaku seksual yang berisiko termasuk melakukan hubungan seks usia dini, mempunyai partner seks yang lebih dari satu, tidak menggunakan alat kontrasepsi saat melakukan hubungan seks, dan melakukan hubungan seks dengan pasangan sejenis/homoseks serta terlebih lagi hubungan seksual tersebut dilakukan pranikah.
Terbukanya saluran informasi seputar seks yang bebas beredar di masyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan internet boleh jadi mendorong remaja melakukan hubungan seks pranikah. Pendapat ini didukung dalam penelitian Wijaya (dalam Anissa, 2009) bahwa 51,5 % (48,5 % responden pria dan 6 % responden wanita ) yang berusia 13-15 tahun, (67,3 % berusia 16-17 tahun dan 26,7 % berusia diatas 18 tahun) menyatakan dari hasil penelitian ini terungkap 7 % dari responden melakukan hubungan seks pranikah. 100 % dari mereka yang melakukan hubungan seks pranikah ini mengaku mendapatkan gagasan untuk melakukan hubungan seks dari VCD porno yang mereka lihat, 73 % dari teman, 66 % dari internet, 47 % dari media cetak seperti koran atau majalah.
Hal ini bisa dilihat dari beberapa hasil penelitian yang menunjukkan adanya penurunan batas usia hubungan seksual pertama kali yaitu 18 % responden di Jakarta berhubungan seks pertama dibawah usia 18 tahun dan usia termuda 13 tahun (Iskandar, 1998) dan remaja di Manado yang sudah aktif secara seksual, melakukan hubungan seks pertama pada usia dibawah 16 tahun. Sebanyak 56,8% pada remaja pria dan 33,3 % pada remaja putri3
Penelitian oleh Santrock menunjukkan alasan-alasan remaja berhubungan seks antara lain, dipaksa (Wanita 61 % dan Pria 23%), merasa sudah siap (Wanita 51% dan Pria 59%), Butuh dicintai (Wanita 45% dan Pria 23%) dan takut diejek teman karena masih gadis atau perjaka (wanita 38% dan Pria 43%)3
Berdasarkan penelitian Dian pada mahasiswa keperawatan Politeknik Kesehatan Makassar pada tahun 2008 sebanyak 27 responden pernah melakukan hubungan seksual dari 178 responden, dan diantaranya usia pertama kali melakukan hubungan seksual < 20 tahun sebanyak 26 responden hanya 1 responden yang melakukan hubungan seksual ≥ 20 tahun, serta  faktor yang paling mempengaruhinya terjadinya perilaku tersebut adalah media massa yakni sebesar 61,2% atau 109 responden dari 178 responden4.
Pondokan tanpa pengawas lebih banyak dijadikan pilihan oleh mahasiswa sebagai tempat tinggal sementara selama kuliah dari pada rumah kontrakan yang ada pengawasan dari pemiliknya serta pondokan yang ada pengawas, sebab mereka merasa tidak bebas dalam melakukan segala aktivitas sesuai dengan yang diinginkan, termasuk perilaku seks bebas. Yang lebih memprihatinkan, pihak kampus tidak memiliki langkah-langkah penyelesaian sebagai bentuk respon terhadap masalah yang sedang melanda mahasiswanya serta lingkungan masyarakat sekitar kampus yang cenderung lepas tangan dan menutup mata.
Makassar sebagai salah satu Kota Pendidikan yang berada di Indonesia bagian Timur yang banyak dijadikan tempat oleh mahasiswa luar daerah untuk melanjutkan studinya. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas malam di kafe-kafe, rumah-rumah kontrakan, pondokan tanpa pengawas yang rentan sekali terhadap terjadinya perilaku seks bebas.
Penelitian ini dilakukan di kelurahan Tamalanrea Indah karena kelurahan tersebut merupakan area pondokan mahasiswa, yang merupakan salah satu sasaran bagi mahasiswa luar daerah ataupun yang beralasan memilih tempat tinggal yang dekat dengan tempat kuliah, sehingga Fasilitas warung internet, hotspot, wifi dan berbagaimacam penunjang akademik  untuk mengakses informasi pendidikan secara elektronik sudah semakin menjamur di sekitar wilayah pondokan dikhawatirkan dengan banyaknya sarana tersebut pengaksesan pornografi pun akan semakin meningkat dan perilaku seksual beresiko merupakan suatu hal yang mungkin untuk terjadi.
B.       Bahan dan Metode
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di area pondokan Kelurahan Tamalanrea Indah Makassar mulai tanggal 1-20 Maret  tahun 2011.
Jenis Penelitian, Populasi, dan Sampel Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan rancangan penelitian cross sectional study . Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa Unhas yang bertempat tinggal di Kelurahan Tamalanrea Indah Makassar tahun  2011, yaitu umur mahasiswa yang termasuk dalam sampel yaitu beraada dalam rentang umur 16-21 tahun 768 orang berusia dan 5543 orang berusia 22-59 tahun.
Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa Unhas yang bertempat tinggal di pondokan yang terpilih sebagai sampel dengan penentuan besar sample menggunakan tabel besar sample pada formula Lamesshow sebagai berikut :
n =          NZ2pq            .   
             d2 ( N – 1) + Z2pq

keterangan :
n          = jumlah sampel keseluruhan
N         = Besar Populasi
p          = perkiraan proporsi variabel penelitian (0,3)
q          = 1− p = 1− 0,3 = 0,7
Z          = derajat kepercayaan (1,96)
d          = tingkat ketelitian yang diinginkan (0,05)
                        dari rumus tersebut diperoleh jumlah sampel sebagai berikut :
n=           6311.(1,96)2.0,3.0,7         .
                             (0,05)2.(6311−1) + (1,96)2.0,3.0,7
n=        5091,310         .
                                15,775+0,806736
                        n=  5091,310
                                16,582
                        n=  307 sampel

Pengambilan sampel  dilakukan dengan cara “purposive sampling” dimana sampel yang diambil, yaitu didasarkan pada pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri. Berdasarkan sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya dengan Kriteria Inklusi : Responden adalah Mahasiswa Unhas yang bertempat tinggal di pondokan, Responden adalah mahasiswa yang belum menikah.  Sedangkan Kriteria Eksklusi adalah responden yang tidak memenuhi persyaratan untuk dijadikan sampel, yaitu responden tidak bersedia untuk mengisi kuesioner.

Pengumpulan Data
Data primer diperoleh melalui pengisian kuesioner yang  diisi langsung oleh responden tanpa didampingi oleh peneliti, karena mengingat kuesioner berisi petanyaan yang sangat pribadi. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar responden bisa memberikan jawaban yang benar yang sesuian dengan keadaan yang sebenarnya. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui Kantor Kelurahan Tamalanrea Indah Makassar, serta data jumlah pondokan diperoleh melalui Dewan Pengurus Masjid Ali- Hizaam Pondokan mahasiswa Unhas.

Analisis Data
Pengolahan data dilakukan secara elektronik dengan menggunakan komputer program SPSS (Statistical Package and Social Siences). Model analisis data yang dilakukan adalah analisis univariat dan bivariat. Data yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan narasi untuk menggambarkan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seks bebas mahasiswa pondokan Universitas Hasanuddin di Kelurahan Tamalanrea Indah Makassar tahun 2011.

C.      Hasil Penelitian
Penelitian tentang faktor yang berhubungan dengan perilaku seks bebas pada mahasiswa pondokan Universitas Hasanuddin di Kelurahan Tamalanrea Indah Makassar berlangsung selama kurang lebih 1 bulan, terhitung dari tanggal 1 Maret 2011 sampai dengan 20 Maret 2011.
Responden pada penelitian ini terdiri dari 307 mahasiswa Universitas Hasanuddin yang tinggal di wilayah pondokan. Adapun data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder, dimana data primer tersebut diperoleh melalui kuesioner penelitian yang diisi sendiri oleh responden. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisis data yang disesuaikan dengan tujuan penelitian, disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi univariat untuk karakteristik responden dan variabel yang terlibat pada penelitian ini, dan tabel analisis bivariat antara variabel dependen dan variabel independen yang disertai narasi untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan perilaku seks bebas pada mahasiswa pondokan. Adapun hasilnya sebagai berikut :
1.      Karakteristik Responden
Pada tahap ini dilakukan analisis univariat untuk karakteristik umum responden yang mencakup umur, jenis kelamin, pendidikan orang tua dan variabel yang terlibat dalam penelitian ini, dengan tujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi responden berdasarkan variabel-variabel yang diteliti, mencakup media pornografi, teman sepergaulan, pengawas pemilik pondokan dan dukungan orang tua.  Umur responden bervariasi mulai dari 18 hingga 26 tahun. Tabel 1 menunjukkan distribusi responden berdasarkan umur, frekuensi tertinggi adalah pada umur 20 tahun sebanyak 77 orang (25,1%) dan yang terendah, yaitu  umur 26 tahun sebanyak 5 responden (1,6%). Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 307 responden, jumlah responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 168 responden (54,7%) dan jumlah responden laki-laki sebanyak 139 responden (45,3%). Tabel 3 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan Ayah responden yang terbanyak adalah S1 sebesar 113 responden (36,8%) dan paling sedikit adalah pendidikan terakhirnya adalah SMP sebesar 12 responden (3,9). Sedangkan  tingkat pendidikan Ibu responden yang terbanyak adalah SMA sebesar 95 responden (30,9%) dan paling sedikit adalah pendidikan terakhirnya adalah S2 sebesar 5 responden (1,6).
2.      Deskriptif Variabel Penelitian
Tabel 2. menunjukkan bahwa responden yang pernah mendapatkan informasi tentang seks bebas dari media pornografi 161 orang (52,4%) dan yang tidak pernah mendapatkan informasi tentang seks bebas sebanyak 146 orang (47,6%). Terdapat 221 (72,0%) responden pernah mendapatkan informasi tentang seks bebas dan pernah bercerita tentang hubungan pacaran kepada teman sepergaulannya, dan terdapat 86 (28,0) responden yang tidak pernah bercerita dengan teman sepergaulannya. Responden yang mendapatkan pengawasan dari pemilik pondokan adalah 178 orang (58,0%) dan responden yang tidak mendapatkan pengawasan dari pemilik pondokan sebanyak 129 orang (42,0%). Responden yang menyatakan adanya dukungan keluarga sebanyak 159 orang (51,8%) dan yang menyatakan tidak ada dukungan dari keluarga sebanyak 148 orang (48,2%). Responden yang melakukan seks bebas  sebanyak 166 orang (54,1%) dan responden yang tidak berperilaku seks bebas sebanyak 141 orang (45,9%). Tabel 9 menunjukkan bahwa responden yang melakukan hubungan seks terbanyak pada usia 20 tahun yaitu sebanyak 12 orang (15,6%) serta yang paling sedikit yaitu pada usia 18 dan 26 tahun sebanyak masing- masing 1 orang (6,3%). Dari 57 (18,6%) responden yang melakukan hubungan seks terdapat laki-laki sebanyak 46 orang (33,1%) sedangkan wanita sebanyak 11 orang (6,5%). Dari 244 responden yang berpacaran dan melakukan aktivitas pacaran yang mengarah pada perilaku seks bebas yang paling banyak dilakukan oleh mahasiswa yaitu berpegangan tangan yaitu sebanyak 183 orang (75,0%), sedangkan yang jarang dilakukan yaitu melakukan seks anal dari 242 responden yang melakukan aktivitas pacaran dan melakukan seks anal sebanyak 31 orang (12,8%).
3.      Analisis Hubungan Antar Variabel
Untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen digunakan tabulasi silang dilanjutkan dengan analisis chi square.

a.      Hubungan Media Pornografi terhadap Perilaku Seks Bebas
Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 166 responden yang tidak melakukan perilaku seks bebas terdapat 111 orang (68,9%) diantaranya tidak terpapar media pornografi dan dari 141 responden yang melakukan seks bebas terdapat 91 orang yang terpapar media pornografi (62,3%).
Berdasarkan uji statistic dengan uji chi square diperoleh p value = 0,000 < 0,05 dengan demikian Ho ditolak berarti ada hubungan antara media pornografi dengan perilaku seks bebas mahasiswa Unhas, diperoleh nilai Φ=0,313 yang berarti bahwa besar hubungan antara variabel media pornografi dengan perilaku seks bebas adalah sedang.

b.      Hubungan Teman Sepergaulan terhadap Perilaku Seks Bebas
Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 166 responden yang tidak melakukan perilaku seks bebas terdapat 129 orang (58,4%) diantaranya yang tidak mendapatkan informasi tentang seks bebas serta bercerita tentang hubungan pacaran dengan teman sepergaulan  dan dari 141 responden yang melakukan seks bebas terdapat 49 orang yang yang mendapatkan informasi tentang seks bebas serta bercerita tentang hubungan pacaran dengan teman sepergaulan (45,9%).
Berdasarkan uji statistic dengan uji chi square diperoleh p value = 0,022 < 0,05 dengan demikian Ho ditolak berarti ada hubungan antara teman sepergaulan dengan perilaku seks bebas mahasiswa Unhas, diperoleh nilai Φ=0,138 yang berarti bahwa besar hubungan antara variabel teman sepergaulan dengan perilaku seks bebas adalah lemah.

c.       Hubungan Pengawasan Pemilik Pondokan Terhadap Perilaku Seks Bebas
Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 166 responden yang tidak melakukan perilaku seks bebas terdapat 92 orang (51,7%) diantaranya yang mendapatkan pengawasan dari pemilik pondokan  dan dari 141 responden melakukan seks bebas terdapat 55 orang yang tidak mendapatkan pengawasan dari pemilik pondokan (42,6%).
Berdasarkan uji statistic dengan uji chi square diperoleh p value = 0,385 > 0,05 dengan demikian Ho terima berarti tidak ada hubungan antara pengawasan pemilik pondokan dengan perilaku seks bebas mahasiswa Unhas.

d.      Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Perilaku Seks Bebas
Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 166 responden yang tidak melakukan perilaku seks bebas terdapat 82 orang (51,6%) diantaranya yang mendapatkan dukungan dari orang tua  dan dari 141 responden melakukan seks bebas terdapat 64 orang yang tidak mendapatkan dukungan dari orang tua (56,8%).
Berdasarkan uji statistic dengan uji chi square diperoleh p value = 0,426 > 0,05 dengan demikian Ho terima berarti tidak ada hubungan antara dukungan orang tua dengan perilaku seks bebas mahasiswa Unhas.

D.       Pembahasan

1.      Hubungan Media Pornografi terhadap Perilaku Seks Bebas
Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden pernah mendapatkan informasi tentang seks bebas dari media pornografi  yakni sebesar 161 orang (52,4%) . Hasil analisis tabulasi silang menunjukkan bahwa responden yang terpapar media pornografi cenderung  melakukan seks bebas. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara media pornografi dengan perilaku seks bebas (p=0,000). Adanya hubungan antara media pornografi dengan perilaku seks bebas dapat disebabkan karena Kemajuan teknologi mengakibatkan maraknya timbul berbagai macam media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan yang paling dicari oleh remaja adalah internet. Dari internet, remaja dapat dengan mudah mengakses informasi yang tidak dibatasi umur, tempat dan waktu. Informasi yang diperoleh biasanya akan diterapkan dalam kehidupan kesehariannya.
Penelitian ini sejalan dengan hasil menurut penelitian yang dilakukan Pusat Studi Hukum Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta menyebutkan sekitar 15% dari 202 responden remaja berumur 15-25 tahun sudah melakukan hubungan seks karena terpengaruh oleh tayangan pornoaksi mulai dari internet, VCD, TV, dan bacaan porno. 5
Hal konkret yang dapat dilakukan untuk menghindari media-media pornografi yaitu dengan menjauhkan mata, telinga dan hati dari poduk-produk yang berbau pornografi, meskipun itu yang bisa diperoleh tanpa mengeluarkan biaya serta menyadari akan hal bahwa produk-produk pornografi hanya akan menguras uang. Menyadari bahwa media-media pornografi hanya akan menimbulkan penyakit dalam diri 6

2.      Hubungan  Teman Sepergaulan terhadap Perilaku Seks Bebas
Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden pernah mendapatkan informasi dan bercerita dengan teman sepergaulannya mengenai seks bebas dan menceritakan hubungan pacaran kepada teman sepergaulannya, yakni sebesar 221 orang (72,0%) . Hasil analisis tabulasi silang menunjukkan bahwa responden yang sering terbuka  bercerita dengan teman sepergaulannya mengenai seks bebas dan menceritakan hubungan pacaran kepada teman sepergaulannya cenderung melakukan seks bebas.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara teman sepergaulan dengan perilaku seks bebas (p=0,022). Adanya hubungan antara teman sepergaulan dengan perilaku seks bebas dapat disebabkan karena pada masa pubertas, perilaku seksual pada remaja sangat dipengaruhi oleh lingkungan pergaulannya dimana pengaruh dari teman sebaya sebagai pemicu terbesar dibandingkan orangtuanya atau anggota keluarga lainnya.
Sesuai dengan penelitian, Bukan hanya media cetak dan elektronik yang berperan serta dalam menyebarkan pengetahuan seks pada remaja, melainkan juga orang-orang yang ada di sekitar remaja tersebut. Mereka di antaranya adalah teman-teman dari remaja itu sendiri. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah teman-teman di sekolah, teman-teman bergaul di luar sekolah, dan pacar/ kekasih. Di sini remaja seringkali berbincang-bincang tentang seks dengan teman-teman di sekolah/kampus. Topik yang biasanya menjadi bahan pembicaraan mereka di antaranya gambar-gambar atau foto-foto porno/ bugil yang ditemukan di surat kabar dan majalah atau internet7
Hal ini diperkuat oleh penelitian di pusat studi seksualitas bahwa dapat diindikasikan satu salah faktor yang memiliki andil besar mempengaruhi sikap dan perilaku adalah kelompok teman sebaya dan pasangannya, dari hasil penelitian kualitatif yang mereka lakukan diperoleh bahwa hubungan seks dilakukan oleh remaja seringkali karena tekanan dari teman-temannya. Karena untuk bisa diterima oleh kelompoknya  mereka harus berlaku yang sama dengan kelompoknya 8

3.      Hubungan Pengawasan Pemilik Pondokan terhadap Perilaku Seks bebas.
Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden mendapatkan pengawasan dari pemilik pondokan, yakni sebesar 178 orang (58,0%) . Hasil analisis tabulasi silang menunjukkan bahwa responden yang mendapatkan pengawasan dari pemilik pondokan dalam hal larangan memasukkan lawan jenis ke dalam kamar, batas bertamu malam hari, dan batas keluar malam cenderung melakukan  seks bebas. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara pengawasan pemilik pondokan dengan perilaku seks bebas (p=0,385).
Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian pada tahun 2009. Bagi remaja kost yang diawasi atau tinggal bersama-sama dengan pemilik kost/ibu kost kecil kemungkinan di tempat kost untuk dapat melakukan seks bebas, karena adanya peraturan-peraturan yang di buat oleh ibu kost seperti jam berkunjung dibatasi, tersedianya tempat untuk menerima tamu dan apabila bepergian tidak boleh terlalu malam (hanya sampai jam 21.00 WIB). Dan diberi sanksi (dikeluarkan dan dipanggil orang tua) apabila melanggar peraturan. 9

4.      Hubungan  Dukungan Keluarga terhadap Perilaku Seks Bebas
Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden mendapatkan dukungan dari keluarga baik itu dari segi mendapatkan izin untuk mengenal lawan jenis atau pacaran serta intensitas berkunjungnya orang tua ke pondokan untuk mengontrol serta memantau anaknya , yakni sebesar 159 orang (51,8%) . Hasil analisis tabulasi silang menunjukkan bahwa responden yang yang mendapatkan dukungan dari keluarga dalam hal untuk mengenal lawan jenis atau pacaran cenderung melakukan seks bebas. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku seks bebas (p=0,426).
Sesuai dengan teori yang diungkapkan bahwa orang tua sendiri, baik karena ketidaktahuannya maupun karena sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak, menjadikan mereka tidak terbuka dengan anak, bahkan cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah ini. Sehingga ketika anak akan melanjutkan pendidikan ke pendidikan yang lebih tinggi dan mengharuskan anak tinggal di pondokan atau rumah kontrakan ilmu tentang pergaulan dan seks sebagian besar di dapat dari teman sepergaulan, yang bisa saja pengadopsian perilaku seks bebas yang salah dianut oleh anak mereka10
Demikian halnya pada penelitian ini bahwa faktor dukungan keluarga menurut responden bukanlah faktor yang menentukan perilaku seks bebas,  Hal ini menunjukkan bahwa orang tua mengizin untuk mengenal lawan jenis atau pacaran serta kurangnnya kunjungan dan komunikasi dengan orang tua tidak mempengaruhi perilaku seks bebas anaknya. Selain itu, hidup mereka tidak didampingi oleh keluarga jauhnya jarak dengan keluarga Hal yang seperti inilah yang menyebabkan faktor dukungan keluarga tidak memiliki hubungan dengan perilaku seks bebas pada mahasiswa pondokan.  .
E.     Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
      Dari hasil penelitian, analisa data serta pembahasan tentang faktor yang berhubungan dengan perilaku seks bebas pada mahasiswa pondokan Universitas Hasanuddin Makassar Tahun 2011, maka dapat disimpulkan bahwa, keterpaparan media pornografi dan teman sepergaulan merupakan faktor yang berhubungan dengan perilaku seks bebas pada mahasiswa pondokan Universitas Hasanuddin Makassar.
      Tidak ada hubungan antara pengawasan pemilik pondokan dan dukungan keluarga merupakan faktor yang tidak berhubungan dengan perilaku seks bebas pada mahasiswa pondokan Universitas Hasanuddin Makassar.
Saran
      Penelitian ini menyarankan untuk memberikan penyuluhan tentang bahaya pornografi, Penanaman nilai moral dan agama sedini mungkin dengan menggunakan pendekatan keluarga, Membudayakan diri untuk mempergunakan internet sehat, Selektif dalam memilih teman sepergaulan, karena sedikit banyak teman dapat mempengaruhi perilaku kita, Disarankan kepada Lurah Tamalanrea Indah untuk lebih meningkatkan pemantauan khususnya mahasiswa yang tidak diawasi oleh pemilik pondokan untuk lebih mempertegas peraturan, dan tamu wajib lapor 1x24 jam untuk mencegah hal-hal yang tak diinginkan, Disarankan agar kepada pemilik pondokan terutama yang tidak diawasi agar menyediakan ruangan khusus untuk tamu agar tamu datang tidak dibawa masuk ke dalam kamar untuk mencegah terjadinya perilaku seks bebas di pondokan.

F.     Ucapan Terima Kasih
Penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penelitian ini antara lain:
1.      Dekan dan Pembantu Dekan, beserta seluruh Staf Tata Usaha FKM Unhas.
2.      Ketua dan sekertaris beserta seluruh Staf Jurusan AKK FKM Unhas.
3.    Lurah Tamalanrea Indah Makassar yang telah memberikan bantuan dan izin penelitian kepada penulis.
DAFTAR PUSTAKA
1.      Sukarso, Ekodjatmiko, 2001. Upaya Untuk Menangani Masalah Remaja Dan Penggunaan Obat Di Sekolah Dalam Prodising. Badan Litbangkes Depkes RI Jakarta.
2.      Sadarjoen (2004). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja. Rosdakarya.
3.      Sarwono, Jonathan dan lubis, hary (2007). Metode Riset untuk desain komunikasi visual. Yogyakarta: Penerbit Andi
4.      Novita dian, 2008 skripsi Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Seksual Mahasiswa Keperawatan Politeknik Makassar.
5.      Admin, Kesehatan Reproduksi Remaja, http://situs.kesrepro.info/krr, diunduh 10 januari 2011
6.       Nusantri, Abu Abdurrahman. Menepis Godaan Pornografi. PT Dddarul Falah. Jakarta. 2005
7.      Resminawaty dan Atik Triratnawati, Proses Internalisasi Nilai-Nilai Budaya Dalam Kaitannya Dengan Hubungan Seksual Pra-Nikah Pada Remaja Bugis-Bone Di Makassar Akademika, Jurnal Kebudayaan Vol. 4, No. 2, Oktober 2006 Program Studi Antropologi Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada http://eprints.ums.ac.id/696/1/1._RESMIWATI.pdf. diakses tanggal 24 maret 2011
8.      Guntoro Utamadi. ”Kekerasan Dalam Pacaran” (Online) (www.glorianet.org/mau/
kliping/klipkeke.html,diakses desember 2010)
9.      Nining Andriati, Gambaran perilaku remaja yang diawasi ibu kost dan yang tidak diawasi ibu kost tentang hubungan seksual pranikah di padang bulan medan tahun 2009.  Skripsi Fakultas kesehatan masyarakat universitas sumatera utara medan 2009 diakses januari 2011
10.  Mu’tadin, Z. 2002. Perkembangan Moral. yahoo:http://www.e-psiko-logi.com/lain-lain/penulis. diakses desember 2010


Takdir
Oleh : Imam Asy-Syafi’i

Biarkanlah hari-hari berbuat semaunya
Berlapang dadalah jika takdir menimpa

Jangan berkeluh-kesah atas musibah dimalam hari
Tiada musibah yang kekal di muka bumi
Jadilah laki-laki tegar dalam menghadapi tragedi
Berlakulah pema’af selalu menepati janji

Jika banyak aibmu di mata manusia
Sedang engkau berharap menutupinya
Bersembunyilah engkau di balik derma
Dengan derma aibmu tertutup semua

Jangan pernah terlihat lemah di depan musuhmu
Sungguh malapetaka jika musuh menertawaimu

Jangan berharap kemurahan dari orang kikir
Di neraka tiada air bagi orang yang kehausan
Rezekimu tidak berkurang karena kerja wajar perlahan
Berlelah-lelah tiada menambah rezeki seseorang

Tiada kesedihan yang kekal tidak pula kebahagiaan
Tiada kesulitan yang abadi tidak pula kemudahan

Jika engkau berhati puas dan mudah menerima
Sungguh, antara engkau dan raja dunia tiada beda

Barangsiapa kematian datang menjeputnya
Langit dan bumi tak kan mampu melindunginya

Bumi Allah begitu lapang, luas membentang
Namun seakan kala ajal menjelang

Biarkanlah hari-hari ingkar janji setiap saat
Kematian tak mungkin dicegah dengan obat

Sumber: Al-Bashirah